Thursday, January 06, 2011
Sore ini begitu kelabu, meskipun cahaya Sang Mega Merah cukup menyengat, namun suasana hatiku tetap membiru.
Ehm, tapi aku tak yakin warnanya benar-benar biru, bisa jadi warnanya merah karena marah atau bahkan hitam karena benci.
Entahlah apa dan siapa yg telah merubah warna hatiku yg tadinya cerah menjadi sekelam ini.
Mungkin ini karena mereka yg telah merendahkanku, seenaknya mengingkari janji, lalu kemudian tak menghiraukan perasaanku.
Atau aku bisa seperti ini karena masa lalu yg kelam masih menggelayuti langkahku?
Mungkin rasa kecewa karena kepergiannya telah berubah menjadi benci.Ya, bisa jadi.
Ah, andai aku bisa, ingin sekali aku menyalahkan mereka semua !!
Dadaku terasa kian sesak, emosi ini semakin bergejolak, seperti menggedor-gedor dari dalam, memaksa untuk dikeluarkan.
Ingin ku berteriak sekeras-kerasnya sebagai isyarat penenang,
tapi aku terlalu takut untuk jadi pusat perhatian karena ini tak kan terlalu berarti bagi mereka.
Entahlah sudah berapa lama perasaan ini membeku di dalam, munkin ini saatnya dia mencair dan menghambur keluar.
Kali ini aku benar-benar tak tahan lagi, dan sepertinya cara menenangkan diri dengan berteriak sekeras-kerasnya yg selalu ku simpan dalam benakku dan tidak pernah ku praktekkan itu tak akan bisa melebur emosi ini.
Pikiranku seperti benang kusut yg tak karuan ujung- pangkalnya dan membelit di sana sini.
Aku terus menghela nafas, ku pegang kepalaku dengan kedua tanganku, dan...
perlahan ku sadari, akhirnya emosi ini meluap juga, mengalir deras dari kedua mataku...
Di ruang kamarku yg menjadi saksi bisu semua kemelut yg melandaku, terasa begitu sunyi dan memilukan...
yang terdengar hanyalah suara lirih hatiku.
Ya, pada akhirnya menangis selalu jadi tempat pelampiasanku.
0 komentar:
Posting Komentar